Selasa, 30 April 2013

Tugas Kesehatan Mental (Softskill)



A.   PENYESUAIAN DIRI

Penyesuaian diri, pertama diartikan seperti adaptasi, akan tetapi adaptasi itu sendiri pada umumnya lebih kepada penyesuaian diri dalam arti fisiologis, biologis atau fisik. Contoh, ada seorang anak yang pindah tempat dari daerah yang awalnya sangat banyak teman sebaya yang bisa diajak untuk bermain bersama ke tempat/daerah yang bisa dibilang sedikit teman sebaya yang bisa diajak untuk bermain, maka anak tersebut harus bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya yang hanya ada beberapa anak yang bisa untuk diajak bermain. Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapatkan tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.

Maksud akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

         Pertumbuhan personal diuraikan menjadi 4 bagian, yaitu penekanan pertumbuhan, variasi dalam pertumbuhan, kondisi-kondisi untuk bertumbuh, fenomenologi pertumbuhan. Pertama akan dibahas tentang Penekanan pertumbuhan. Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Jadi, pertumbuhan berhubungan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Dan secara umum konsep perkembangan dijabarkan oleh Werner (1957) yang mengatakan bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Kemudian yang kedua ialah Variasi dalam pertumbuhan. Individu tidak selamanya berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada hambatan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Hambatan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

Lalu yang ketiga Kondisi-kondisi untuk bertumbuh. Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

Dan bagian pertumbuhan personal yang terakhir adalah Fenomenologi pertumbuhan. Dalam memandang manusia hidup dalam dunia kehidupan Fenomenologi pertumbuhan mempresepsikan dan menginterpretasikan secara subjektif.  Setiap manusia mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Dunia” pengalaman setiap orang berbeda dari “dunia” pengalaman orang lain.



A.   STRESS
            Stress, kata ini sering sekali muncul dari mulut kita atau orang lain bila mana sedang mengalami masalah. Akan tetapi stress yang keluar dari mulut seseorang yang sedang ada masalah itu sendiri berbeda dengan stress yang dalam arti sebenarnya. Beberapa ahli mencoba untuk mendefenisikan stress agar lebih terarah. Berdasarkan pendapat MC.Nerney, disebutkan bahawa stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan juga berpotensi merisaukan seseorang. Pendapat ini jauh lebih menarik ketimbang pendapat Lazarus dan Folkman yang hanya mendefenisikan stress sebagai hubungan khusus antara manusia dan lingkungannya dimana manusia tadi terbebani. Arti stress yang lainnya juga datang dari Herdjana. Herjana menyebutkan bahwa stress mengacu pada suatu keadaan atau kondisi tertentu yang terjadi sebagai akibat transasksi seseorang yang mengalami tekanan dan menyebabkan yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan dengan sistem sumber daya bilogos, sosial, dan psikologis yang ada padanya. Pendapat Hardjana ini menarik sebab telah menunjukkan bahwa stress tak hanya bersumber dari luar (sosial) tetapi juga dari dalam (biologis/psikologis). Pendapat Herdjana ini sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Selye pada tahun 1982. Menurutnya, tubuh akan memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai tantangan yang dijumpai di dalam hidup yang didasarkan pada perubahan biologis dan kimia dalam tubuh seseorang. Lebih lanjut, pendapat Selye ini merangkum pendapat lain yang mengatakan bahwa stress pada hakekatnya merupakan stimulus dimana setiap peristiwa atau kejadian dalam kehidupan menimbulkan respon yang lebih berpotensi menekan emosional yang berujung pada menurunnya kesehatan tubuh.
            Stress juga di sebabkan oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut antara lain ialah faktor individual dan faktor sosial. Yang pertama saya akan membahas stress yang disebabkan oleh faktor individual. Stress dapat terjadi di dalam pemikiran kita saja, jadi terkadang apa yang ada di pikiran kita justru dapat membuat stress bagi diri kita sendiri. Contoh, kita ingin melamar pekerjaan di suatu perusahaan, akan tetapi sebelum mencoba untuk melamar kita sudah berfikir “jangan-jangan di perusahaan ini sedang tidak ada lowongan” atau “ah saya Cuma lulusan D3 apa mungkin saya diterima di perusahaan tersebut? Sepertinya tidak”. Dan oleh karena pemikiran-pemikiran negatif kita sendiri itulah yang malah membuat kita menjadi stress. Dan yang kedua saya akan membahas stress yang di sebabkan oleh faktor sosial. Stress dapat mengakibatkan gangguan emosional pada diri kita, orang yang stress biasanya akan mudah marah dan begitu pula sebaliknya ada yang berubah drastis menjadi pendiam. Hal tersebut dikarenakan banyaknya beban berat dalam pikiran sehingga dapat merubah kondisi kejiwaan seseorang, dan bahkan akhirnya menjadi gila. Orang stress bisa juga melampiaskan emosinya dengan makan yang tidak terkontrol, misalnya makan besar selang beberapa selang beberapa menit lalu makan besar kembali tau bahkan ‘ngemil’ yang terus menerus di lakukan, sehingga akan menimbukan resiko obesitas. Stress juga berakibat pada kesehatan. Bagi orang penderita maag, biasanya kalo stress, penyakit maagnya tersebut akan mudah kambuh. Hal ini disebabkan karena jika pikiran kita terlalu banyak beban, maka akan meningkatkan produksi asam lambung di dalam tubuh. Dengan meningkatnya asam lambung tersebut maka tentu saja resiko terkena maag semakin besar. Dan kalo sudah akut maka sebaiknya segera hindari deh stress.
            Dalam psikologi ada beberapa tipe-tipe stress antara lain seperti tekanan, frustasi, konflik, dan kecemasan. Saya akan menjelaskan tipe stress yang pertama, yaitu karena tekanan. tekanan biasanya muncul dari tuntutan sehari-hari. Misalnya, ketika sang pacar menuntut kita untuk selalu mengajaknya jalan-jalan, shopping, dan nonton bioskop dua kali dalam seminggu. Otomatis kita akan sangat merasa tertekan terutama dalam hal biaya dan itu sangat membuat stress. Kemudian yang kedua tipe stress frustasi. frustasi muncul jika seseorang gagal dalam mencapai sesuatu. Misal, jika kita ingin masuk dalam perguruan tinggi negeri tetapi kita tidak lulus dalam kualifikasi tes, secara tak sadar kita akan mengalami frustasi atas apa yang terjadi. Lalu yang ketiga tipe stress konflik. konflik dapat muncul bila seseorang tidak memiliki hak untuk memilih salah satu dari dua pilihan yang ada dalam keinginan, kebutuhan, atau tujuan saat seseorang dihadapkan pada situasi sulit untuk memilih. Dan tipe stress yang terakhir adalah kecemasan. Kecemasan dengan tingkat yang tinggi akan membuat kita menjadi stress, contoh Budi belakangan ini menerima informasi dari kawan-kawan sekolahnya bahwa ada telepon-telepon misterius dengan nomor yang tidak dikenal, bila mana nomor misterius tersebut menelepon kita lalu kemudian diangkat kita akan mengalami kerasukan. Dan beberapa hari kemudian tepatnya pada pukul 10 malam Budi menerima panggilan dari nomor yang tidak dikenal, lantas Budi pun menjadi panik dan takut  karena ia ingat bahwa beberapa hari yang lalu kawanya baru saja menceritakan kejadian yang menyeramkan tersebut. Lalu Budi pun mengalami Stess.
            Untuk menghindari stress setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing (Symptom-Reducing Responses). Berikut adalah mekanisme pertahanan diri terhadap stress:
-          Indentifiakasi, ialah cara yag digunakan individu untuk menghadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya. Contoh seorang murid sekolah menengah atas memiliki sifat yang menyenangkan maka murid tersebut akan bersifat menyenangkan terhadap gurunya.
-          Kompensasi,  misalkan seseorang tidak memproleh suatu kepuasan dalam bidang yang ditekuninya, tetapi ia mendapatkan kepuasan dibidang lain.
-          Overcompensation/ reaction formation, Perilaku individu yang gagal mencapai tujuan dan ia tidak mengakui tujuan pertamanya dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang mahasiswa yang ditegur dosennya karena mengobrol saat jam kuliah sedang berlangsung, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat menjalani perkuliahan dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
-          Sublimasi, adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi pegulat atau petinju.
-          Proyeksi, adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak mencuri, namun ia berkata temannyalah yang mencuri.
-          Introyeksi, adalah memasukan sifat-sifat pribadi orang lain dalam pribadi dirinya. Misalnya seoarang pria mencintai seorang wanita, lalu ia memasukan pribadi wanita tersebut ke dalam pribadinya.
-          Reaksi konversi, Mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
-          Represi, adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
-          Supresi, yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
-     Denial, adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
-     Regresi, adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
-  Fantasi, adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
-    Negativisme, Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
-.  Sikap mengkritik orang lain, Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.

                  Pendekatan problem solving terhadap stress, selain mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi serta mengurangi stress yang timbul karena adanya stressor, individu dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk mengatasi stress “minor”. Startegi coping yang spontan mengatasi stress, Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.Untuk mengatasi stres “minor”, individu dapat melakukan berbagai macam koping spontan dan sederhana. Tidak perlu memerlukan banyak biaya dan waktu yang dikorbankan. Stres “minor” merupakan stres yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap individu yang merasakannya. Misalnya seperti kecelakaan, mendapat nilai yang buruk di rapot, telat datang ke kantor, dan lain sebagainya. Biasanya jika tingkat stres yang dirasakan individu cukup parah, peranan obat/medikasi sangat membantu. Namun terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan di saat stres juga tidak baik pengaruhnya bagi kesehatan fisik. Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stress. Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback kurang efektif untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres. Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang. Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya. trategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok: Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung. Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah. Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.



 Sumber: