A.
PENYESUAIAN
DIRI
Penyesuaian diri, pertama diartikan seperti
adaptasi, akan
tetapi adaptasi itu sendiri pada umumnya lebih kepada penyesuaian diri dalam
arti fisiologis, biologis atau fisik. Contoh, ada seorang anak yang pindah
tempat dari daerah yang awalnya sangat banyak teman sebaya yang bisa diajak
untuk bermain bersama ke tempat/daerah yang bisa dibilang sedikit teman sebaya
yang bisa diajak untuk bermain, maka anak tersebut harus bisa beradaptasi
dengan lingkungan barunya yang hanya ada beberapa anak yang bisa untuk diajak
bermain. Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang
mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti
ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri
sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu
seakan-akan mendapatkan tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan
diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.
Maksud akhir dari hasil pendidikan
seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat
membantunya dalam penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada
tuntutan masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental,
dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana
kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah.
Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam
keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan
yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan
normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat,
dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup
guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian
yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara
harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Pertumbuhan personal diuraikan menjadi 4 bagian, yaitu penekanan pertumbuhan, variasi dalam pertumbuhan, kondisi-kondisi untuk bertumbuh, fenomenologi pertumbuhan. Pertama akan dibahas tentang Penekanan pertumbuhan. Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Jadi, pertumbuhan berhubungan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Dan secara umum konsep perkembangan dijabarkan oleh Werner (1957) yang mengatakan bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Kemudian
yang kedua ialah Variasi dalam pertumbuhan. Individu tidak selamanya berhasil
dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada hambatan tertentu
yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Hambatan itu
mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.
Lalu
yang ketiga Kondisi-kondisi untuk bertumbuh. Kondisi jasmaniah seperti pembawa
dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang
diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan
atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi
antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya
orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh,
ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan
pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku
maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor
yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan
gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian,
kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah
juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik
hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang
baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang
akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
Dan
bagian pertumbuhan personal yang terakhir adalah Fenomenologi pertumbuhan.
Dalam memandang manusia hidup dalam dunia kehidupan Fenomenologi pertumbuhan
mempresepsikan dan menginterpretasikan secara subjektif. Setiap manusia mengalami dunia dengan caranya
sendiri. “Dunia” pengalaman setiap orang berbeda dari “dunia” pengalaman orang
lain.
A.
STRESS
Stress,
kata ini sering sekali muncul dari mulut kita atau orang lain bila mana sedang
mengalami masalah. Akan tetapi stress yang keluar dari mulut seseorang yang
sedang ada masalah itu sendiri berbeda dengan stress yang dalam arti
sebenarnya. Beberapa ahli mencoba untuk mendefenisikan stress
agar lebih terarah. Berdasarkan pendapat MC.Nerney, disebutkan bahawa stress
merupakan reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan juga berpotensi
merisaukan seseorang. Pendapat ini jauh lebih menarik ketimbang pendapat
Lazarus dan Folkman yang hanya mendefenisikan stress sebagai hubungan khusus
antara manusia dan lingkungannya dimana manusia tadi terbebani. Arti stress yang lainnya juga datang
dari Herdjana. Herjana menyebutkan bahwa stress mengacu pada suatu keadaan atau
kondisi tertentu yang terjadi sebagai akibat transasksi seseorang yang
mengalami tekanan dan menyebabkan yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan
antara keadaan dengan sistem sumber daya bilogos, sosial, dan psikologis yang
ada padanya. Pendapat Hardjana ini menarik sebab telah menunjukkan bahwa stress
tak hanya bersumber dari luar (sosial) tetapi juga dari dalam
(biologis/psikologis). Pendapat Herdjana ini sejalan dengan apa yang dipaparkan
oleh Selye pada tahun 1982. Menurutnya, tubuh akan memberikan reaksi tertentu
terhadap berbagai tantangan yang dijumpai di dalam hidup yang didasarkan pada
perubahan biologis dan kimia dalam tubuh seseorang. Lebih lanjut, pendapat
Selye ini merangkum pendapat lain yang mengatakan bahwa stress pada hakekatnya
merupakan stimulus dimana setiap peristiwa atau kejadian dalam kehidupan
menimbulkan respon yang lebih berpotensi menekan emosional yang berujung pada
menurunnya kesehatan tubuh.
Stress juga di sebabkan oleh beberapa faktor,
faktor-faktor tersebut antara lain ialah faktor individual dan faktor sosial.
Yang pertama saya akan membahas stress yang disebabkan oleh faktor individual. Stress dapat terjadi di dalam
pemikiran kita saja, jadi terkadang apa yang ada di pikiran kita justru dapat
membuat stress bagi diri kita sendiri. Contoh, kita ingin melamar pekerjaan di
suatu perusahaan, akan tetapi sebelum mencoba untuk melamar kita sudah berfikir
“jangan-jangan di perusahaan ini sedang tidak ada lowongan” atau “ah saya Cuma
lulusan D3 apa mungkin saya diterima di perusahaan tersebut? Sepertinya tidak”.
Dan oleh karena pemikiran-pemikiran negatif kita sendiri itulah yang malah
membuat kita menjadi stress. Dan yang kedua saya akan membahas stress yang di
sebabkan oleh faktor sosial. Stress dapat mengakibatkan gangguan emosional pada
diri kita, orang yang stress biasanya akan mudah marah dan begitu pula
sebaliknya ada yang berubah drastis menjadi pendiam. Hal tersebut dikarenakan banyaknya
beban berat dalam pikiran sehingga dapat merubah kondisi kejiwaan seseorang,
dan bahkan akhirnya menjadi gila. Orang stress bisa juga melampiaskan emosinya
dengan makan yang tidak terkontrol, misalnya makan besar selang beberapa selang
beberapa menit lalu makan besar kembali tau bahkan ‘ngemil’ yang terus menerus
di lakukan, sehingga akan menimbukan resiko obesitas. Stress juga berakibat
pada kesehatan. Bagi orang penderita maag, biasanya kalo stress, penyakit
maagnya tersebut akan mudah kambuh. Hal ini disebabkan karena jika pikiran kita
terlalu banyak beban, maka akan meningkatkan produksi asam lambung di dalam
tubuh. Dengan meningkatnya asam lambung tersebut maka tentu saja resiko terkena
maag semakin besar. Dan kalo sudah akut maka sebaiknya segera hindari deh stress.
Dalam
psikologi ada beberapa tipe-tipe stress antara lain seperti tekanan, frustasi,
konflik, dan kecemasan. Saya akan menjelaskan tipe stress yang pertama, yaitu
karena tekanan. tekanan
biasanya muncul dari tuntutan sehari-hari. Misalnya, ketika sang pacar menuntut
kita untuk selalu mengajaknya jalan-jalan, shopping, dan nonton bioskop dua
kali dalam seminggu. Otomatis kita akan sangat merasa tertekan terutama dalam
hal biaya dan itu sangat membuat stress. Kemudian yang kedua tipe stress frustasi.
frustasi
muncul jika seseorang gagal dalam mencapai sesuatu. Misal, jika kita ingin
masuk dalam perguruan tinggi negeri tetapi kita tidak lulus dalam kualifikasi
tes, secara tak sadar kita akan mengalami frustasi atas apa yang terjadi. Lalu yang ketiga tipe stress
konflik.
konflik dapat muncul
bila seseorang tidak memiliki hak untuk memilih salah satu dari dua pilihan
yang ada dalam keinginan, kebutuhan, atau tujuan saat seseorang dihadapkan pada
situasi sulit untuk memilih. Dan tipe stress yang terakhir adalah kecemasan.
Kecemasan dengan tingkat yang tinggi akan membuat kita menjadi stress, contoh
Budi belakangan ini menerima informasi dari kawan-kawan sekolahnya bahwa ada
telepon-telepon misterius dengan nomor yang tidak dikenal, bila mana nomor
misterius tersebut menelepon kita lalu kemudian diangkat kita akan mengalami
kerasukan. Dan beberapa hari kemudian tepatnya pada pukul 10 malam Budi menerima
panggilan dari nomor yang tidak dikenal, lantas Budi pun menjadi panik dan
takut karena ia ingat bahwa beberapa
hari yang lalu kawanya baru saja menceritakan kejadian yang menyeramkan
tersebut. Lalu Budi pun mengalami Stess.
Untuk
menghindari stress setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri
masing-masing (Symptom-Reducing Responses). Berikut adalah mekanisme pertahanan diri terhadap
stress:
-
Indentifiakasi, ialah cara yag digunakan individu
untuk menghadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya. Contoh
seorang murid sekolah menengah atas memiliki sifat yang menyenangkan maka murid
tersebut akan bersifat menyenangkan terhadap gurunya.
-
Kompensasi, misalkan seseorang tidak memproleh suatu kepuasan dalam
bidang yang ditekuninya, tetapi ia mendapatkan kepuasan dibidang lain.
-
Overcompensation/ reaction formation,
Perilaku individu yang gagal
mencapai tujuan dan ia tidak mengakui tujuan pertamanya dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama. Misalnya seorang mahasiswa yang ditegur dosennya karena mengobrol saat
jam kuliah sedang berlangsung, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat menjalani
perkuliahan dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
-
Sublimasi, adalah suatu mekanisme sejenis yang
memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan
kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat
diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi pegulat atau petinju.
-
Proyeksi, adalah mekanisme perilaku dengan
menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan
kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak mencuri, namun ia berkata temannyalah
yang mencuri.
-
Introyeksi, adalah memasukan sifat-sifat pribadi
orang lain dalam pribadi dirinya. Misalnya seoarang pria mencintai seorang wanita,
lalu ia memasukan pribadi wanita tersebut ke dalam pribadinya.
-
Reaksi konversi, Mengalihkan konflik ke alat tubuh
atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel
masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
-
Represi, adalah konflik pikiran,
impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam
tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan
sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
-
Supresi, yaitu menekan konflik, impuls yang
tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang
kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
- Denial, adalah mekanisme perilaku penolakan
terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes
memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
-
Regresi,
adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi,
ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang
digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
- Fantasi,
adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri
dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang
tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai
fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
-
Negativisme, Adalah perilaku seseorang yang
selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak
terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos
sekolah.
-.
Sikap mengkritik orang lain, Bentuk pertahanan diri untuk
menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku
agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
Pendekatan problem solving
terhadap stress, selain mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk
mengatasi serta mengurangi stress yang timbul karena adanya stressor, individu
dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk mengatasi
stress “minor”. Startegi coping yang spontan mengatasi stress, Coping strategy
merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam
mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh
dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi
koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor
tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan
menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.Untuk mengatasi
stres “minor”, individu dapat melakukan berbagai macam koping spontan dan
sederhana. Tidak perlu memerlukan banyak biaya dan waktu yang dikorbankan.
Stres “minor” merupakan stres yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap
individu yang merasakannya. Misalnya seperti kecelakaan, mendapat nilai yang
buruk di rapot, telat datang ke kantor, dan lain sebagainya. Biasanya jika
tingkat stres yang dirasakan individu cukup parah, peranan obat/medikasi sangat
membantu. Namun terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan di saat stres juga
tidak baik pengaruhnya bagi kesehatan fisik. Ada beberapa teknik terapi yang
dicobakan untuk mengatasi stress. Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk
mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk
menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya
sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback
kurang efektif untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor,
individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena
cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres. Relaksasi
dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa
rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang
mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu
meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam
dan pikira menjadi lebih tenang. Namun dari semua strategi yang ada, menguah
sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang
dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa
lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam
menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya. trategi koping
yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok: Peningkatan
kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang
melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung. Pengolahan informasi: suatu
pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan
diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya
yang ada untuk memecahkan masalah. Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang
dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan,
meminimalkan, atau menghilangkan stressor. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa
situasi telah berhasil di atasi.
Sumber: